Minggu, 20 November 2016

GASTRITIS


1.    Description (Deskripsi)
Pada tanggal 27 Oktober 2016, saya mendapatkan email dari Bapak Ryan Hara Permana, S.Kep.,Ns.MN salah satu dosen mata kuliah KBLI. Emailnya itu berisi penugasan untuk melakukan refleksi terhadap masalah kesehatan yang sering diderita oleh pribadi ataupun oleh teman. Dalam berefleksi harus menggunakan tahapan Gibbs Reflective Cycle, yang terdiri dari enam tahapan dan outputnya nanti berupa reflective writing.
Disini saya akan mengemukakan tentang masalah kesehatan yang sering saya alami sendiri yaitu gastritis atau maag. Sejak menginjak bangku SMP saya sering sekali mengalami maag ini. Setiap saya telat makan karena sibuk belajar, saya pasti merasa perih yang tidak tertahan di perut. Pertama kali saya mengalami penyakit ini adalah saat study tour SMP pada tahun 2011 dan saya disarankan oleh salah satu guru saya untuk meminum obat antasida karena menurut guru saya itu indikasi maag. Setelah itu berhentilah bus itu di pemberhentian untuk makan kemudian saya makan tetapi setelah beberapa saat perut saya tidak enak dan saya langsung ke toilet dan disitu saya muntah tapi muntahnya terdapat cairan kuning.
2.    Feelings (Perasaan)
Saya merasa sangat kaget karena muntah yang saya alami terdapat cairan kuning dan juga masihterasa perih di perutnya. Padahal saya juga sudah meminum obat antasida untuk maag seperti yang disarankan. Saya bertanya – tanya mengapa saya masih saja perih di perut dan malah muntah disrtai cairan kuning.
3.    Evaluation (Evaluasi)
Dari beberapa pustaka yang saya baca saya menemukan fakta bahwa obat antasida untuk maag itu harus diminum 1 jam sebelum makan agar obatnya bisa bekerja. Saya melakukan hal yang cukup fatal dan salah tidak makan setelah 1 jam kemudian.
4.    Analysis (Analisis)
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat iritan. Penyebab dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat asam dan pedas, efek samping dari pemakaian obat, minum alkohol. Berbeda dengan gastritis akut, Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang menahun. Penyakit gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan. Penyebab dari gastritis kronik adalah bakteri helicobacter pylory.
Bila penyakit maag ini sudah disadari oleh penderitanya, sebenarnya sangat mudah mengatasinya. Artinya, tidak dibiarkan berlanjut terus sehingga menjadi iritasi lambung. Prinsip penanganannya adalah pengaturan makan. Jangan biarkan perut lama dalam keadaan kosong karena dapat mengakibatkan asam lambung yang sudah diproduksi tidak mempunyai bahan untuk dicerna tau digilas, dan pada akhirnya dinding lambung sendiri yang menjadi sasarannya. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan atau minuman pedas dan asam. Hindari makanan berlemak, karena lemak memang sulit dicerna oleh lambung. Selain itu, tektur makanan sebaiknya lembut (lunak).
Selain itu sering-seringlah minum air putih, karena bisa mengurangi sifat asam dari makanan atau minuman tersebut. Kurangi mengkonsumsi minuman teh, kopi atau soft drink. Bila harus mengkonsumsi obat-obatan penahan nyeri (analgetik), maka sebaiknya diminum setelah makan dan tidak dalam keadaan kosong. Bila teratur dalam mengatur makanan, penyakit maag bisa membaik tanpa diobati. Seandainya perut masih melilit dan mual terus menerus, maka obat-obatan untuk menetralkan asam lambung sangat membantu meringankan penderitaan. Misalnya, obat-obatan antasida yang harus diminum 1 jam sebelum makan.

5.    Conclusion (Kesimpulan)
Jadi tindakan saya mengatasi maag itu sudah benar dengan diberikan obat antasida hanya saja pemberian saya tidak menunggu 1 jam terlebih dahulu dan menyebabkan obat tersebut tidak bekerja serta gejala maag seperti perih, mual muntah masih ada. Muntah dengan disertai cairan kuning juga itu disebabkan karena asam lambung naik dan akhirnya keluar melalui muntah. Tetapi sebaiknya saya mencegah terjadinya maag dengan makan tidak telat daripada saya harus mengkonsumsi obat antasida terus menerus dan membuat saya ketergantungan.

6.    Action Plan (Rencana)
Kedepannya saya akan makan teratur dan pada waktunya. Saya juga harus banyak minum air putih supaya makanan yang saya konsumsi berasa netral tidak asam atau pedas. Selain itu saya juga selalu menyediakan obat maag untuk diminum jika sesekali saya tidak sempat makan pada waktunya dan perut terasa sangat perih.


Daftar Pustaka
http://www.alodokter.com/gastritis
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45963/4/Chapter%20II.pdf
http://www.syamsuwootekh.com/penyakit-a-pengobatannya/134-penyakit-maag-a-pengobatannya.pdf
http://eprints.ums.ac.id/12697/2/BAB_I.pdf

Minggu, 13 November 2016

Ringkasan Artikel "Model Pengendalian Terpadu Demam Berdarah Dengue di Kota Salatiga"

Dalam memenuhi tugas Mata Kuliah KBLI berupa meringkas, menyimpulkan, membuat parafrase dari sebuah artikel.

Menurut Ditjen PPM & PL (2001) dalam Fathi. et al. (2005), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akibat infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak yang disertai manifestasi perdarahan dan mempunyai tendensi untuk menimbulkan renjatan (shock).
(source : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23236/4/Chapter%20II.pdf)

Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit di Indonesia dengan angka kematian setiap tahunnya meningkat secara berkala. Salah satunya di Kota Salahtiga, Jawa Tengah yang angka kematian yang disebabkan penyakit demam berdarah naik dari 72 kasus di 2008 sampai 109 kasus di tahun 2010. Hal itu dikarenakan penyebab dari demam berdarah maupun nyamuk pembawanya yaitu Ae. aegypti dan Ae. albopictus itu sendiri ada disetiap sudut rumah maupun tempat umum. Sampai sekarang penyakit demam berdarah ini belum ditemukan obat dan vaksinnya jadi pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan pemutusan rantai penyebab penyakitnya, salah satunya dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan kelambu berinteksida.

Tetapi kelambu berinteksida tidak efektif karena kepadatan nyamuk mencari pakan darah itu pada siang hari jadi dilakukan penelitian pengendalian larva nyamuk secara hayati menggunaan M. aspericornis dan gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellosa 0,1%. Penelitian ini dilakukan selama 12 bulan pada tahun 2012 di Benoyo Kelurahan Kutowinangun Kota Salatiga Propinsi Jawa Tengah dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Resevoir Penyakit Salatiga. Dari penelitian tersebut dihasilkan beberapa fakta yaitu :
1.   Pemberian M. aspericornis dapat meningkatan Angka bebas jentik (ABJ) dari 85,05% menjadi 96,27%. Menunjukan hasil yang efektif menurunkan larva
2.      Pemberian M. aspericornis dapat menurunkan Ovitrap indeks di dalam rumah dari 14,48% menjadi 8,88%
3.      Larva nyamuk tidak hidup di penampungan tanah liat tapi lebih menyukai bahan lainnya seperti keramik dan plastik.
4.      Penggunaan gorden berinsektisida dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 82,39% dan bertahan 15 minggu.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan M. aspericornis dan gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellosa 0,1% efektif digunakan untuk mengurangi berkembangnya penyakit demam berdarah dengue dan juga disarankan untuk melakukan pencelupan gorden dengan insektisida selama 3 bulan sekali dan mengembangbiakan M. aspericornis secara mandiri atau bersama - sama untuk mengendalikan nyamuk pembawa Demam Berdarah Dengue.

Artikel asli oleh Akhid Darwin*, Aryani Pujiyanti* dan Bambang Heriyanto* *Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Resevior Penyakit Salatiga
Sumber artikel :

Model Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota Salatiga, oleh Darwin, A., Pujiyanti, A., & Heriyanto, B. tahun 2013.