Minggu, 13 November 2016

Ringkasan Artikel "Model Pengendalian Terpadu Demam Berdarah Dengue di Kota Salatiga"

Dalam memenuhi tugas Mata Kuliah KBLI berupa meringkas, menyimpulkan, membuat parafrase dari sebuah artikel.

Menurut Ditjen PPM & PL (2001) dalam Fathi. et al. (2005), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akibat infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak yang disertai manifestasi perdarahan dan mempunyai tendensi untuk menimbulkan renjatan (shock).
(source : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23236/4/Chapter%20II.pdf)

Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit di Indonesia dengan angka kematian setiap tahunnya meningkat secara berkala. Salah satunya di Kota Salahtiga, Jawa Tengah yang angka kematian yang disebabkan penyakit demam berdarah naik dari 72 kasus di 2008 sampai 109 kasus di tahun 2010. Hal itu dikarenakan penyebab dari demam berdarah maupun nyamuk pembawanya yaitu Ae. aegypti dan Ae. albopictus itu sendiri ada disetiap sudut rumah maupun tempat umum. Sampai sekarang penyakit demam berdarah ini belum ditemukan obat dan vaksinnya jadi pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan pemutusan rantai penyebab penyakitnya, salah satunya dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan kelambu berinteksida.

Tetapi kelambu berinteksida tidak efektif karena kepadatan nyamuk mencari pakan darah itu pada siang hari jadi dilakukan penelitian pengendalian larva nyamuk secara hayati menggunaan M. aspericornis dan gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellosa 0,1%. Penelitian ini dilakukan selama 12 bulan pada tahun 2012 di Benoyo Kelurahan Kutowinangun Kota Salatiga Propinsi Jawa Tengah dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Resevoir Penyakit Salatiga. Dari penelitian tersebut dihasilkan beberapa fakta yaitu :
1.   Pemberian M. aspericornis dapat meningkatan Angka bebas jentik (ABJ) dari 85,05% menjadi 96,27%. Menunjukan hasil yang efektif menurunkan larva
2.      Pemberian M. aspericornis dapat menurunkan Ovitrap indeks di dalam rumah dari 14,48% menjadi 8,88%
3.      Larva nyamuk tidak hidup di penampungan tanah liat tapi lebih menyukai bahan lainnya seperti keramik dan plastik.
4.      Penggunaan gorden berinsektisida dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 82,39% dan bertahan 15 minggu.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan M. aspericornis dan gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellosa 0,1% efektif digunakan untuk mengurangi berkembangnya penyakit demam berdarah dengue dan juga disarankan untuk melakukan pencelupan gorden dengan insektisida selama 3 bulan sekali dan mengembangbiakan M. aspericornis secara mandiri atau bersama - sama untuk mengendalikan nyamuk pembawa Demam Berdarah Dengue.

Artikel asli oleh Akhid Darwin*, Aryani Pujiyanti* dan Bambang Heriyanto* *Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Resevior Penyakit Salatiga
Sumber artikel :

Model Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota Salatiga, oleh Darwin, A., Pujiyanti, A., & Heriyanto, B. tahun 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar