1.
Description (Deskripsi)
Pada tanggal 27
Oktober 2016, saya mendapatkan email dari Bapak Ryan Hara Permana, S.Kep.,Ns.MN salah satu dosen mata kuliah KBLI. Emailnya itu berisi penugasan untuk melakukan refleksi terhadap
masalah kesehatan yang sering diderita oleh pribadi ataupun oleh teman. Dalam
berefleksi harus menggunakan tahapan Gibbs Reflective Cycle, yang terdiri dari
enam tahapan dan outputnya nanti berupa reflective writing.
Disini saya akan
mengemukakan tentang masalah kesehatan yang sering saya alami sendiri yaitu gastritis atau maag. Sejak menginjak bangku SMP saya sering sekali
mengalami maag ini. Setiap saya telat makan karena sibuk belajar, saya
pasti merasa perih yang tidak tertahan di perut. Pertama kali saya mengalami
penyakit ini adalah saat study tour SMP pada tahun 2011 dan saya disarankan
oleh salah satu guru saya untuk meminum obat antasida karena menurut guru saya
itu indikasi maag. Setelah itu berhentilah bus itu di pemberhentian untuk makan
kemudian saya makan tetapi setelah beberapa saat perut saya tidak enak dan saya
langsung ke toilet dan disitu saya muntah tapi muntahnya terdapat cairan
kuning.
2.
Feelings (Perasaan)
Saya merasa
sangat kaget karena muntah yang saya alami terdapat cairan kuning dan juga
masihterasa perih di perutnya. Padahal saya juga sudah meminum obat antasida untuk
maag seperti yang disarankan. Saya bertanya – tanya mengapa saya masih saja
perih di perut dan malah muntah disrtai cairan kuning.
3.
Evaluation (Evaluasi)
Dari beberapa pustaka yang saya baca saya menemukan
fakta bahwa obat antasida untuk maag itu harus diminum 1 jam sebelum makan agar
obatnya bisa bekerja. Saya melakukan hal yang cukup fatal dan salah tidak makan
setelah 1 jam kemudian.
4. Analysis (Analisis)
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan
itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi
pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat
sehingga telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung
berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus),
pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai
nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu
hati, lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut
keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis akut adalah peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan
erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat iritan. Penyebab
dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat asam dan pedas, efek samping
dari pemakaian obat, minum alkohol. Berbeda dengan gastritis akut, Gastritis
Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang menahun. Penyakit
gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang
tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak
disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan.
Penyebab dari gastritis kronik adalah bakteri helicobacter pylory.
Bila penyakit
maag ini sudah disadari oleh penderitanya, sebenarnya sangat mudah mengatasinya.
Artinya, tidak dibiarkan berlanjut terus sehingga menjadi iritasi lambung.
Prinsip penanganannya adalah pengaturan makan. Jangan biarkan perut lama dalam keadaan
kosong karena dapat mengakibatkan asam lambung yang sudah diproduksi tidak
mempunyai bahan untuk dicerna tau digilas, dan pada akhirnya dinding lambung
sendiri yang menjadi sasarannya. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan
atau minuman pedas dan asam. Hindari makanan berlemak, karena lemak memang
sulit dicerna oleh lambung. Selain itu, tektur makanan sebaiknya lembut
(lunak).
Selain itu sering-seringlah
minum air putih, karena bisa mengurangi sifat asam dari makanan atau minuman
tersebut. Kurangi mengkonsumsi minuman teh, kopi atau soft drink. Bila harus
mengkonsumsi obat-obatan penahan nyeri (analgetik), maka sebaiknya diminum setelah
makan dan tidak dalam keadaan kosong. Bila teratur dalam mengatur makanan, penyakit
maag bisa membaik tanpa diobati. Seandainya perut masih melilit dan mual terus
menerus, maka obat-obatan untuk menetralkan asam lambung sangat membantu
meringankan penderitaan. Misalnya, obat-obatan antasida yang harus diminum 1
jam sebelum makan.
5.
Conclusion (Kesimpulan)
Jadi tindakan saya mengatasi maag itu sudah benar dengan diberikan obat
antasida hanya saja pemberian saya tidak menunggu 1 jam terlebih dahulu dan
menyebabkan obat tersebut tidak bekerja serta gejala maag seperti perih, mual
muntah masih ada. Muntah dengan disertai cairan kuning juga itu disebabkan
karena asam lambung naik dan akhirnya keluar melalui muntah. Tetapi sebaiknya
saya mencegah terjadinya maag dengan makan tidak telat daripada saya harus
mengkonsumsi obat antasida terus menerus dan membuat saya ketergantungan.
6. Action Plan (Rencana)
Kedepannya saya
akan makan teratur dan pada waktunya. Saya juga harus banyak minum air putih
supaya makanan yang saya konsumsi berasa netral tidak asam atau pedas. Selain
itu saya juga selalu menyediakan obat maag untuk diminum jika sesekali saya
tidak sempat makan pada waktunya dan perut terasa sangat perih.
Daftar Pustaka
http://www.alodokter.com/gastritis
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45963/4/Chapter%20II.pdf
http://www.syamsuwootekh.com/penyakit-a-pengobatannya/134-penyakit-maag-a-pengobatannya.pdf
http://eprints.ums.ac.id/12697/2/BAB_I.pdf