Hanbok (Korea Selatan) atau Chosŏn-ot
(Korea Utara) adalah pakaian tradisional masyarakat Korea. “Han” adalah sebutan bagi Korea, dan “bok” berarti pakaian. Jadi, secara harfiah orang Korea pun
sebenarnya hanya menyebut pakaian mereka sebagai “pakaian korea”. Orang Korea
sangat bangga memakai Hanbok, karena Hanbok merupakan identitas pakaian
tradisional mereka. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis
yang sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti
“pakaian orang Korea”, hanbok pada saat ini mengacu pada “pakaian gaya Dinasti
Joseon” yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau
festival tradisional, seperti Chuseok atau Seol-nal (hari Imlek).
1.
Jeogori atau atasan
Hanbok
wanita, dibandingkan dengan hanbok Pria, lebih sering mengalami perubahan.
Sebelum dinasti jeoseon, panjangnya sepinggang dan terikat menghubungkan bagian
depan dengan bagian belakang. Di Masa Jeoseon Akhir, bentuk jeogori hanya
sepanjang batas bawah ketiak. Namun bagian depannya lebih panjang hingga
menutupi area dada.
2.
Chima atau rok
Chima adalah semacam rok yang bulat mengembang dan
panjangnya mulai dada hingga menutupi kaki. Saat ini, dibuat seperti sejenis
dengan baju u-can see untuk mempermudah pemakaian. Dengan bentuknya yang
longgar dan mengembang, tentu saja menyembunyikan bentuk lekuk tubuh wanita
pemakainya. Hal ini sesuai dengan ajaran konfusianisme yang banyak dianut orang
Korea zaman dulu. Namun, bentuknya yang longgar membuat pemakainya leluasa
untuk melakukan pekerjaan rumah dengan bersila dan berjongkok -posisi yang
nyaman untuk bekerja pada saat itu- juga untuk berhormat kepada orang.
3.
Otgoreum (Cloth Strings)
Otgoreum adalah pita yang dipakai pada baju hanbok untuk
wanita, yang melintang ke rok atau chima.
4.
Durumagi
Awalnya durumagi dipakai oleh pegawai Kerajaan sebagai pakaian dinas
sehari-hari mereka. Durumagi adalah sejenis coat panjang yang dipakai sebagai
luaran dikala angin sedang berhembus dingin-dinginnya.
5.
Gat-Jeogori
Bentuknya sedikit lebih besar
dibandingan dengan Jeogori. Bedanya
hanya dibagian dalam pakaian jenis ini terbuat dari bulu kelinci, sehingga
tetap membuat pemakainya tetap hangat. Bahan yang di luar biasanya terbuat dari
sutra.
6.
Changot
Di zaman Jeoseon dipakai oleh
orang-orang kelas bangsawan atau prang terpandang. Merupakan varian lain hanbok
selain hanbok yang biasa kita
7.
Hanbok Pria
Jeogori
bagi Pria, pada umumnya sedikit berbeda dibandingkan dengan milik wanita. Bagi
pria, ukurannya sepanjang pinggang bahkan lebih panjang. Namun, seperti halnya Jeogori untuk wanita, untuk mengaitkan
pakaian antara kanan dengan kiri, diikatkan dengan pita di depan dada. Hal yang
paling penting dalam pembedaan hanbok pria dan wanita adalah cara penyimpulan
pita. Coba anda perhatikan, penyimpulan pita di hanbok wanita menyisakan bagian
sisa yang lebih panjang hingga menjuntai, dan simpul berada di sebelah kiri.
Sedangkan untuk pria, tak ada bagian sisa yang menjuntai.
Baji
atau celana, sebelum zaman Jeoseon,bentuknya menyempit dan mengikuti lekuk
tubuh untuk memudahkan aktifitas berburu dan berkuda. Namun, di masa Jeoseon
yang bidang agrarisnya lebih ditekankan, celana longgar semacam model baggy
lebih nyaman digunakan. Baji pun lebih nyaman didunakan untuk berjongkok dan
bersila di atas lantai, daripada celana yang ketat.
8.
Hakjangui
Ha- berarti belajar atau
ilmu. hakja berarti ilmuwan atau
cendekia. hanbok jenis ini dipakai oleh kalangan cendekia pada masa Koryo
hingga masa Jeoseon. Dilihat dari garis potongan bajunya, memiliki makna
rendah hari dan juga berbudi pekerti yang luhur.
9.
Shimui
Hanbok ini dikenakan para
cendekia/ilmuwan ketika di wajtu senggang atau pada saat beristirahat. Shim (심) berarti merenung. Oleh karena para ilmuwan biasanya
di waktu senggang masih suka merenungkan sesuatu, pakain ini kemudia dinamakan
sedemikian hingga. Pakaian-pakaian ilmuwan ini, dilihat dari bentuknya, lebih
cocok dikenakan untuk belajar pasif daripada aktif. Seperti melukis atau ilmu
filsafat.
10.
T’eol Magoja
Pakaian ini sebenarnya lebih ke arah
pakaian orang Manchuria. Pertama
kali diperkenalkan oleh seorang politikus Korea di zaman Jeoseon yang
ditugaskan di daerah Manchuria, dan kembali lagi ke Korea dengan menggunakan
pakaian jenis ini. Pakaian ini di dalamnya dilapisi bulu. Juga sebagai simbol
kemewahan.
11.
Gat
Gat adalah jenis topi
tradisional Korea yang dikenakan oleh pria pada saat pergi keluar rumah atau
menghadiri acara-acara penting. Gat
memiliki pinggiran yang luas dan lebar yang dinamakan yangtae, dan bagian
tengahnya berbentuk tabung tinggi. Pengencang gat adalah tali yang diikatkan di
bagian bawah dagu. Orang Korea telah mengenakan gat semenjak Zaman Tiga
Kerajaan (37 SM-668 M) untuk melindungi kepala dari sinar matahari dan hujan.
Pada pertengahan zaman Dinasti Jeoseon (abad 16-17), gat dikenakan sebagai
lambang status sosial oleh kaum bangsawan dan ilmuwan dan bagian penting dari
pakaian sehari-hari. Gat dipandang sebagai alat yang membedakan bangsawan
dengan mereka yang tak berbudaya.
12.
Jipsin
Jipsin (짚신) adalah jenis sepatu tradisional khas Korea yang
terbuat dari bahan jerami. Istilah jipsin
juga diberikan untuk sepatu tradisional yang terbuat dari bahan kain dan rami.
Sepatu jipsin diperkirakan telah dikenakan oleh orang Korea sejak zaman Tiga
Kerajaan (37 SM-668- M). Dalam beberapa lukisan kuno, sering digambarkan
seorang pengelana yang bepergian menggantungkan sepatu jeraminya di punggung.
Di masa Dinasti Jeoseon (1397-1910) sebagian besar rakyat menjadikan jipsin
sebagai alas kaki mereka sehari-hari. Karena pada masa itu, rakyat Korea
sebagian besar bekerja di bidang pertanian, bahan jerami untuk membuat jipsin
dapat dengan mudah ditemukan. Biasanya mereka membuat jipsin pada musim dingin,
saat tidak turun ke ladang untuk bercocok tanam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar