PERKEMBANGAN KOREA SELATAN
Jatuh bangun mewarnai sejarah panjang negeri di semenanjung Korea ini.
Sikap patriotik dan daya juang masyarakat Korea begitu heroik yang pada
akhirnya mengantarkan negara ini tampil sejajar dengan negara-negara maju di
dunia. Betapa tidak, dalam waktu empat dekade, sejak merdeka dari penjajahan,
Korea Selatan menjelma sebagai negara paling kaya dan tercanggih di dunia
dengan nilai ekonomi triliunan dolar.
Padahal
tahun 1950, Korea Selatan masih tercatat sebagai salah satu negara termiskin
di dunia. Boleh dibilang sama miskinnya dengan negara-negara di benua Afrika
dan Asia. Hingga satu dekade berikutnya, negeri ini masih tertinggal dari
tetangganya Korea Utara. Perekonomian pun masih hanya mengandalkan dari
pertanian. Tak hanya itu, negeri gingseng ini pun miskin akan sumber daya alam.
Belum lagi akibat pendudukan Jepang maupun Perang ‘saudara’ Korea, negeri ini
nyaris hancur. Dengan pendapatan per kapita negara masih di bawah 100 dolar
Amerika Serikat –sama dengan Indonesia— Korea Selatan terus berpacu dengan
waktu.
Di awal
1960-an, Korea Selatan masih baru mampu membukukan income (pendapatan) per kapita sekitar 80
dolar per kapita. Tahun 1963, merangkak ke 100 dolar . Di tahun 1995 melonjak
menjadi 10.000 dolar. Dan 2007 kemarin, menyentuh angka 25.000 dolar per
kapita. Dengan kata lain, pendapatan per kapita Korea naik 235 kali lipat.
Sementara Indonesia di tahun yang sama hanya mampu melipatgandakan 31 kali
saja, yakni 2.200 dolar per kapita.
Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan
telah mencapai rekor ekspor impor yang memukau, dengan nilai ekspornya
merupakan terbesar kedelapan di dunia. Sementara nilai impornya terbesar
kesebelas. Melihat gelagatnya yang terus meningkat, Goldman Sachs
memprediksikan Korea di tahun 2050 nanti akan menjadi Negara terkaya nomor 2 di
dunia. Korea pun bakal dicatat sebagai bangsa dengan kecepatan pertumbuhan
ekonomi tercepat sepanjang sejarah manusia di muka bumi.
Memang, krisis ekonomi yang melanda Asia di tahun 1997 mau tidak
mau merontokkan pertahanan perekonomian Korea Selatan, termasuk rasio utang
yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin.
Lewat sektor industri dan konstruksi, ekonomi Korea Selatan mulai bangkit
kembali pada 2002.
Tengok saja, kini produk-produk elektronik Korea Selatan, Samsung
dan LG, telah menguasai dunia. Mulai dari telepon seluler (ponsel) canggih,
televisi plasma, LCD, sampai semikonduktor. LG tampil sebagai perusahaan
pembuat panel plasma terbesar di dunia. Begitu pula dengan Samsung, kini
dikenal sebagai konglomerat terbesar di dunia –yang tak kalah besar dari
General Electric. Pun dengan Hyundai dan Samsung Heavy Industries, adalah
industri pembuatan kapal terbesar di dunia dan mengalahkan Jepang sejak tahun
2004. Sebagai industri otomotif, Hyundai juga menjadi perusahaan otomotif ke 5
terbesar di dunia.
Infrastruktur teknologi yang dikembangkan Korea Selatan telah
mampu mengantarkannya sebagai Negara termaju. Sejak tahun 2000, seluruh
masyarakat Korea Selatan telah menikmati jaringan internet 100 Mbit per detik,
siaran televisi interaktif kelas high-definition, hingga
teknologi komunikasi 4G.
Strategi Besar yang dilakukan Korea
Perekonomian Korea Selatan, awalnya dibangun dengan membangun
industri-industri standar negara berkembang, seperti tekstil, sepatu yang mudah
dan ringan. Rupanya, penguasa negeri gingseng ini tak mau setengah-setangah.
Segala kebutuhannya telah dipersiapkan sejak dini, mulai dari infrastruktur,
sumber daya manusia dan pengetahuan untuk level industri selanjutnya. Sebut
saja, industri berat dan strategis, baja, otomotif, perkapalan dibangun bukan
untuk dimajukan tapi untuk menguasai dunia.
Memang, orientasi pada pasar ekspor sudah sejak awal dipersiapkan
Korea Selatan sebagai ‘strategi besarnya’ untuk menguasai market (pasar) dunia. Karena mereka sadar,
dengan kondisi sumber daya alam yang sangat terbatas dan market dalam negeri
yang kecil. Satu-satunya jalan adalah export oriented seperti yang dilakukan juga oleh
Jepang.
Untuk melancarkan strategi tersebut, pemerintah memberikan dukungan
penuh pada dunia usaha. Dengan menyediakan infrastruktur, modal yang
murah, pengenaan pajak yang rendah untuk industri unggulan, dan menyiapkan
sumber daya manusia berkualitas tinggi. Efisiensi dan manajemen mutu pada level
birokrasi. Dimana para birokrat dididik dengan proses belajar dan disiplin
kelas dunia serta berkualitas. Pemangkasan inefisiensi mampu menelorkan
kebijakan bermutu tanpa harus melupakan aturan birokrasi.
Nasionalisme
Tak sekadar berorientasi pada ekspor, pemerintah pun mengajak kalangan
konglomerat Korea Selatan, seperti Hyundai, Samsung, dan LG untuk tampil
bersama sebagai pejuang yang sangat nasionalis. Mereka berjuang mati-matian
menembus pasar dunia demi kemajuan bangsa. Ya, dengan atau tanpa bantuan dari
pemerintah sekalipun.
Para pemimpin Korea Selatan juga punya visi ke depan dalam
penyerapan dan pengembangan teknologi. Setidaknya, inilah salah satu
kunci dari semua bangsa-bangsa termaju. Di tahun 1959, pemerintah Korea Selatan
sudah mendirikan Korean Atomic Energy Commision.
Setahun kemudian, Kementerian Sains dan Teknologi dibentuk. Lalu menyusulKorea Institute of Science and Technology yang dibentuk untuk riset industrial.
Dari sinilah langkah berikutnya proses pembelajaran sains dan
teknologi dilakukan secara besar-besaran. Tak tanggung-tanggung, para ilmuwan
asing dan segala macam teknologi terbaru dari Barat diserap habis-habisan.
Sejak era 1970-an, meski
berat, pemerintah telah memberikan lebih dari 20 persen anggarannya untuk
mengakselerasikan proses belajar bangsa itu. Generasipenerus Korea Selatan juga
didorong untuk belajar ke kampus-kampus paling terkemuka dunia. Riset dan
penelitian digalakkan, orang-orang serta badan-badan riset yang unggul diberi
dana yang sangat besar oleh pemerintah. Industri-industri dengan potensi pasar
masa depan yang besar dianalisis dan dikejar habis-habisan, baik oleh
pemerintahnya maupun swasta.
Hasilnya? Saat ini Korea Selatan memiliki industri otomotif,
semikonduktor, elektronik, pembuatan kapal, dan baja yang bermutu. Pengembangan
industri-industri strategis masa depan lainnya, seperti Nanoteknologi,
Bioteknologi, Teknologi Informasi, Robotika, dan teknologi ruang angkasa sudah
bisa dinikmati dan menguasai dunia. Manusia Korea Selatan memiliki rangking
teratas dalam kemampuan matematika, sains, problem solving dan membaca dalam peringkat OECD (Organisation for Economic Co-operation
and Development).
Menurut ekonom Korea Institut for International Economic
Policy, Chuk Kyo Kim, keberhasilan Korea Selatan dapat tidak lepas
dari perhatian besar pemerintah Korea Selatan pada pendidikan, pembangunan
sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Cinta Produk Lokal
Tak dipungkiri, kemajuan ekonomi dan perindustrian Korea Selatan
tak lepas dari penguasaan bangsa Korea dalam industri manufaktur yang
berkembang menjadi riset-pengembangan. Tak hanya itu, penguasaan industri ini
didukung penguasaan pasar lokal oleh bangsanya sendiri. Dengan lakunya
produk-produk yang diproduksi perusahaan lokal berarti perusahaan lokal akan
terus maju dan berkembang menjadi besar bahkan raksasa. Hal ini berdampak
langsung pada penciptaan lapangan pekerjaan. Hasil pertumbuhan industri dan
ekonomi digunakan untuk kemakmuran bangsa Korea.
Setidaknya, selain ‘political
will’ dari pemerintah yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya,
mentalitas rakyat Korea sudah terbentuk dengan bangga dan cinta menggunakan
produk lokal. Konon, orang Korea paling benci menggunakan produk dari negara
yang pernah menjajahnya yakni Jepang. Untuk menggunakan produk canggih, secara
bertahap dan mandiri, mereka memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang cinta
akan produk dalam negeri ini membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea tampil
sebagai leader market di dalam negeri sekaligus bertahap leading di luar negeri.
Boleh dibuktikan, produk-produk dari brand Samsung, Hyundai, KB Financial Group,
Shinhan Financial Group, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, LG
menjadi pilihan utama warga Korea.
Merdeka Di Tahun yang Sama
Korea Selatan dan Indonesia sama-sama terbebas dari penjajahan
Jepang pada tahun 1945. Hanya selisih dua hari saja setelah Korea Selatan
merdeka, Indonesia pun memproklamirkan diri sebagai republik. Kondisi perekonomian
yang morat marit, manajemen pemerintahan yang rawan konflik, kualitas
sumberdaya manusia yang rendah hingga munculnya konflik kepentingan mewarnai
perjalanan kedua republic pasca kemerdekaan.
Namun negeri Korea yang minim sumberdaya alam mampu meninggalkan
jauh Indonesia. Setidaknya, kemajuan yang ditunjukkan Korea Selatan pada dunia
selama ini dapat diambil pelajaran.
Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY
ACTION, Edisi 02/Desember 2011
korea memang bakal jdi negara maju di taun depan...kpan indo kyak gt?
BalasHapusmungkin 5 atau 10 tahun yang akan datang......
HapusAmin... 😇
Hapus